”Analisis Sosial"
A. Definisi Analisis Sosial (Ansos).
Analisis sosial (ansos) dapat didefinisikan sebagai usaha memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang situasi sosial dengan menggali hubungan-hubungan historis dan strukturalnya (Joe Holland, 1986:30). Ansos tersebut berfungsi sebagai perangkat yang memungkinkan kita untuk mampu menangkap dan memahami segala realitas sosial yang kita hadapi. Dengan ansos maka kita dapat menyelidiki secara lebih jauh struktur lembaga-lembaga ekonomi, politik, sosial, dan kebudayaan karena dari situlah muncul masalah-masalah sosial dan kesana pula berbagai kebijakan tertuju.
Dengan menjangkau dimensi di balik persoalan, kebijakan, dan struktur maka ansos pertama-tama memusatkan pada sistem-sistem tersebut. Pada sistem-sistem itu pula terdapat berbagi dimensi. Semisal kita dapat berbicara tentang bentuk ekonomis sebuah sistem sosial sebagai bagian fungsional yang berbeda. Sebuah sistem perlu dianalisis baik menurut waktu (analisis historis) maupun menurut ruang (analisis struktural). Analisis historis adalah studi tentang perubahan-perubahan sistem sosial dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan analisis struktural menyajiakan bagian yang representatif dari kerangka kerja sebuah sistem dalam momen tertentu. Pemahaman kedua analisis tersebut sangat penting bagi suatu analisis yang menyeluruh. Selain itu, dengan ansos pula kita dapat membedakan dimensi obyektif maupun subyektif sebuah realitas sosial.
B. Unsur-unsur dalam Ansos.
Dalam upaya untuk menyingkap realitas sosial, ansos memiliki seperangkat unsur-unsur. Pertama, dimensi histories. Di sini, gerak waktu tidak dimaknai sebagai proses alamiah semata melainkan sebgai proses dialektis bahwa setiap orang terlibat dalam proses kesejarahan sosial.
Kedua, unsure-unsur structural. Disini kita berusaha mengenali struktur masyarakat dan institusi di dalamnya seperti pemerintahan, hukum, pendidikan, keagamaan,dan lainnya. Bagaimana struktur di atas bekerja dalam menjalankan fungsinya untuk mewujudkan keadilan sosial. Di sisni ansos membawa dari persoalan pribadi kepada masalah sosial structural.
Ketiga, berbagai pembagian masyarakat. Hal terpenting yang untuk diperhatikan dalam konteks ini ialah “analisis kelas” dalam masyarakat, siapa yang membuat keputusan, siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan.
Keempat, bermacam derajat dan tingkah masalah yang ada. Ini berarti bahwa terdapat tingkat permasalahan meliputi local, regional, nasional, dan internasional. Dengan ansos, kita dapat menunjukkan tingkat masalah yang dihadapi, bahkan dapat pula mengungkapkan antara berbagai tingkat permasalahan.
C. Langkah –Langkah Dalam Ansos.
Setidaknya terdapat empat langkah dalam melakukan ansos. Pertama, konversi yang merupakan keharusan bagi kita untuk menyingkap dan memperjelas nilai-nilai yang mendorong kita melakukan tugas ini. Kita harus bersentuhan dengan perspektif, praduga, dan pendirian-pendirian yangf mempengaruhi soal jawab yang kita lakukan serta penilaian-penilaian yang kita buat. Fungsi langkah ini sebagai jalan pembuka agar kita mampu mengenali dan memahami konteks permasalahan.
Kedua, deskripsi. Secara sederhana yakni dengan membuat gambaran umum dari situasi yang sedang coba kita pahami.
Ketiga, analisis. Setelah membuat deskripsi maka kita dapat memperoleh sejumlah data yang berfungsi sebagai obyek kasus sosial yang kita hadapi. Keempat, kesimpulan. Dari analisis yang kita lakukan, akan terungkap bermacam segi yang saling mempengaruhi pada situasi yang sedang coba kita pahami. Akhirnya kita dapat menarik kesimpulan berdasarkan unsur-unsur dominan dalam situasi yang kita hadapi sehingga akar persoalan sosial dapat kita temukan sekaligus mencari solusi yang solutif dan ideal.
Ansos menghendaki adanya kesadaran kritis transformative sehingga pemahaman terhadap setiap persoalan dapat lebih mendalam, sistematis, dan holistik. Hal tersebut bertujuan agar kita tidak terjebak dalam bingkai kesadara naïf-magis yang melihat permasalahan secara sempit dan dogmatis yang mengakibatkan kita gagal mengatasi praktik penindasan yang terus menerus beroperasi melalui system dan struktur dalam masyarakat.
"Empat Paradigma Dalam Sosiologi"
Untuk lebih mempertajam pemahaman dan seluk beluk peta paradigma yang dapat digunakan untuk memahami teori-teori perubahan sosial atau teori pembangunan, maka perlu juga kita memetakan secara lebih luas paradigma dalam sosiologi . Empat paradigma itu adalah:
- Humanis Radikal, Pada dasarnya berminat mengembangkan sosiologi perubahan radikal dari pandangan sujektifitas yaitu pada kesadaran manusia itu, kaum humanis-radikal cenderung menekankan perlunya menghilangkan atau mengatasi berbagai pembatasan tatanan sosial yang ada. Pandangan yang dasar pada humanis-radikal adalah bahwa kesadaran manusia telah dikuasai atau dibelenggu oleh supra-struktur ideologis yang ada pada diluar dirinya yang menciptakan pemisah antara dan dirinya dengan kesadarannya yang murni (aleanasi), atau membuatnya dalam kesadaran palsu yang menghalanginya dalam pemenuhan dirinya sebagai manusia sejati. Agenda utamanya adalah memahami kesulitan manusia dalam membebaskan dirinya dari semua bentuk tatanan sosial yang menghambat perkembangan dirinya sebagai menusia, proses sosial dilihat sebagai tindak manusiawi. Untuk itu mereka ingin memecahkan masalah bagaimana manusia bisa memutusakn belenggu-belenggu yang mengikat mereka dalam pola-pola sosial yang mapan untuk mencapai harkat kemanusiaannya.
- Struktural Radikal, penganut paham ini berupaya memperjuangkan sosiologi perubahan radikal juga yaitu perubahan yang mendasar dengan mengabaikan semua tatanan sosial yang membelenggu perkembangan diri manusia oleh karena pandangan ini bersifat utopis dan hanya memandang lurus ke depan. Analisisnya cenderung menekankan pertentangan struktural, bentuk-bentuk penguasaan dan pemerosotan harkat manusia. pendekatan yang dipakai adalah realis, positivis, determinis dan nomotetis.
- Paradigma Interpretatif, paradikama ini sesungguhnya menganut pendirian sosiologi keteraturan seperti halnya fungsionalisme, tetapi mereka menggunakan pendekatan subjektifivisme dalam analisis sosialnya sehinnga hubungan mereka dengan sosiologi keteraturan bersifat tersirat. Tangapan dasar mereka didasarkan pada pandangan bahwa manusia hidup serba tertib, terpadu, mapan dan kesetiakawanan. Pertentangnan penguasa sama sekali tidak menjadi benturan mereka.
- Paradigma Fungsionalis. Paradigma inilah yang paling banyak di anut di dunia ini. Pandangan fungsionalis berakar pada tradisi sosiologi keteraturan. Pendekatannya pada permasalahan berakar pada pemikiran kaum objektivitas. Paradikma ini lebih berorientasi pragmatis, artinya berusaha melahirkan pengetahuan yang dapat diterapkan, berorientasi pada pemecahan masalah yang berupa langkah-langkah praktis untuk pemecahan praktis juga. Mereka lebih mendasarkan pada filsafat rekayasa sosial sebagai dasar dalam perubahan sosial, serta menekankan cara-cara memelihara, mengendalikan, atau mengontrol keteraturan, harmonis serta kestabilan sosial.
Fungsi utama mengenal empat paradigma di atas adalah kita dapat memahami kerangka berfikir seseorang dalam teori sosial dan merupakan alat untuk memetakan perjalanan pemikiran teori sosial seseorang terhadap persoalan sosial.
Dengan pemahaman ini, tiap diri bisa memetakan teori-teori yang ada untuk kemudian dengan kesadaran masing-masing melalui pengalaman dan pemahamannya sendiri, memilih mana yang menurut anda paling tepat.
Tujuan pembelajaran
- Peserta memahami pengertian, fungsi dan tujuan analisas sosial;
- Peserta mempunyai seperangkat metode analisa sosial;
- Peserta dapat mengetahui persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat dalam masyarakat secara obyektif melalui konsep dan metode analisa sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar