20 Hal yang Membatalkan Syahadatain
Makna Syahadatain
Syahadatain merupakan dasar utama bagi semua rukun Islam dan rukun Islam merupakan dasar praktis dan teoritis umat Islam. Dua kalimat syahadat merupakan pintu persyaratan yang harus dilalui seseorang untuk memasuki rumah Islam. Seseorang tidak akan dianggap muslim jika ia belum bersyahadat dan ketika ia telah mengucapkan dua kalimat syahadat, maka ia berkewajiban menegakkan empat pilar rukun Islam lainnya sebagai suatu konsekwensi logis dari syahadatain.
Ketika seseorang telah bersyahadat bahwa tidak ada Ilah yang patut disembah selain Allah SWT dan Muhammad saw adalah Rasulullah, berarti ia telah berikrar dan meyakini bahwa tidak ada pencipta dan pengatur alam semesta selain Allah SWT. Tidak ada yang dapat memberi rizki dan pelindung selain Allah SWT. Tidak ada pula yang patut ditaati dan disembah selain Allah bahkan yang dapat menentukan hukum dan undang-undang merupakan hak Allah SWT semata. Selain itu ia juga meyakini bahwa setiap yang dikhabarkan oleh Rasulullah adalah benar sehingga ia akan menaati perintah beliau, menjauhi larangannya, dan beribadah menurut syari'atnya. Kedua hal ini saling berkaitan erat sehingga tidak mungkin seseorang hanya meyakini salah satunya saja, yaitu hanya beriman kepada Allah tetapi tidak menaati Rasul. Juga tidak mungkin seseorang hanya meyakini Al-Qur'an tetapi mengingkari Sunnah Rasul. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya) jika benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa: 59)
Syahadatain merupakan dasar utama bagi semua rukun Islam dan rukun Islam merupakan dasar praktis dan teoritis umat Islam. Dua kalimat syahadat merupakan pintu persyaratan yang harus dilalui seseorang untuk memasuki rumah Islam. Seseorang tidak akan dianggap muslim jika ia belum bersyahadat dan ketika ia telah mengucapkan dua kalimat syahadat, maka ia berkewajiban menegakkan empat pilar rukun Islam lainnya sebagai suatu konsekwensi logis dari syahadatain.
Ketika seseorang telah bersyahadat bahwa tidak ada Ilah yang patut disembah selain Allah SWT dan Muhammad saw adalah Rasulullah, berarti ia telah berikrar dan meyakini bahwa tidak ada pencipta dan pengatur alam semesta selain Allah SWT. Tidak ada yang dapat memberi rizki dan pelindung selain Allah SWT. Tidak ada pula yang patut ditaati dan disembah selain Allah bahkan yang dapat menentukan hukum dan undang-undang merupakan hak Allah SWT semata. Selain itu ia juga meyakini bahwa setiap yang dikhabarkan oleh Rasulullah adalah benar sehingga ia akan menaati perintah beliau, menjauhi larangannya, dan beribadah menurut syari'atnya. Kedua hal ini saling berkaitan erat sehingga tidak mungkin seseorang hanya meyakini salah satunya saja, yaitu hanya beriman kepada Allah tetapi tidak menaati Rasul. Juga tidak mungkin seseorang hanya meyakini Al-Qur'an tetapi mengingkari Sunnah Rasul. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya) jika benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa: 59)
Hal-hal yang Membatalkan Syahadatain
Ada dua puluh hal yang merupakan hasil cipta karsa dan karya manusia yang dapat membatalkan keimanan pada syahadatain dan menjerumuskannya kepada kekafiran. Dua puluh hal itu adalah:
1. Bertawakal dan bergantung kepada selain Allah.
Hal ini berdasarkan firman Allah pada Surat Al-Maidah ayat 23:
"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman" (QS. Al-Maidah: 23)
Dalil ini berpedoman pada pengertian Laa Ilahaillallah yang maknanya antara lain tidak akan memohon ketenangan dan kekuatan kepada selain Allah SWT. Tawakkal bukan berarti pasrah tanpa usaha. Bahkan Allah SWT menyuruh kita untuk bekerja dan berusaha. Akan tetapi kita dilarang untuk menggantungkan hidup pada pekerjaan itu. Kita harus mengiringi usaha dan pekerjaan kita dengan keyakinan bahwa hanya Allah SWT sang Pemberi rizki.
Jelasnya, bergantung kepada sebab dan melupakan bahwa yang mengizinkan sebab itu berproses adalah Allah, adalah maksiat dan bergantung kepada sebab dan disertai keyakinan bahwa sebab-sebab itu tidak ada hubungannya dengan Allah SWT adalah syirik yang dapat menghancurkan syahadatain.
2. Mengingkari nikmat Allah, baik yang kelihatan atau yang tidak kelihatan, baik yang mudah dipikirkan atau yang memerlukan pengkajian secara mendalam.
Salah satu keyakinan yang harus dimiliki oleh seseorang yang mengucapkan syahadatain adalah meyakini bahwa Allah SWT Maha Pemberi nikmat karena segala nikmat itu datangnya dari Allah, seperti yang Allah firmankan pada Surat Ibrahim ayat 34:
"Dan Ia beri kepada kamu tiap-tiap apa yang kamu minta; dan jika kamu hitung nikmat-nikmat Allah, kamu tidak bisa jumlahkan dia tetapi manusia itu zalim, tidak berterima kasih." (QS Ibrahim: 34)
3. Bekerja atau berkhidmat dengan tujuan karena selain Allah.
Hal ini sangat tidak disukai Allah berdasarkan firman-Nya:
"Katakanlah: "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah karena Allah, Tuhan bagi sekalian mahluk." (QS. Al-An'am: 162)
Berdasarkan ayat tersebut terdapat penegasan bahwa tidak ada ibadah atau penghambaan yang disembah kecuali Allah SWT. Tidak ada peribadatan yang dipersembahkan kecuali hanya untuk Allah SWT dan karena-Nya.
Pengertian ibadah di sini tidak hanya terbatas pada masalah-masalah shalat, zakat, puasa, dan haji, tetapi mencakup semua pekerjaan yang dilakukan di atas syariat yang ditujukan dan diperuntukkan karena Allah SWT juga termasuk ibadah.
4. Membuat undang-undang menurut kemauan manusia, bukan menurut kehendak dan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah.
Ada dua puluh hal yang merupakan hasil cipta karsa dan karya manusia yang dapat membatalkan keimanan pada syahadatain dan menjerumuskannya kepada kekafiran. Dua puluh hal itu adalah:
1. Bertawakal dan bergantung kepada selain Allah.
Hal ini berdasarkan firman Allah pada Surat Al-Maidah ayat 23:
"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman" (QS. Al-Maidah: 23)
Dalil ini berpedoman pada pengertian Laa Ilahaillallah yang maknanya antara lain tidak akan memohon ketenangan dan kekuatan kepada selain Allah SWT. Tawakkal bukan berarti pasrah tanpa usaha. Bahkan Allah SWT menyuruh kita untuk bekerja dan berusaha. Akan tetapi kita dilarang untuk menggantungkan hidup pada pekerjaan itu. Kita harus mengiringi usaha dan pekerjaan kita dengan keyakinan bahwa hanya Allah SWT sang Pemberi rizki.
Jelasnya, bergantung kepada sebab dan melupakan bahwa yang mengizinkan sebab itu berproses adalah Allah, adalah maksiat dan bergantung kepada sebab dan disertai keyakinan bahwa sebab-sebab itu tidak ada hubungannya dengan Allah SWT adalah syirik yang dapat menghancurkan syahadatain.
2. Mengingkari nikmat Allah, baik yang kelihatan atau yang tidak kelihatan, baik yang mudah dipikirkan atau yang memerlukan pengkajian secara mendalam.
Salah satu keyakinan yang harus dimiliki oleh seseorang yang mengucapkan syahadatain adalah meyakini bahwa Allah SWT Maha Pemberi nikmat karena segala nikmat itu datangnya dari Allah, seperti yang Allah firmankan pada Surat Ibrahim ayat 34:
"Dan Ia beri kepada kamu tiap-tiap apa yang kamu minta; dan jika kamu hitung nikmat-nikmat Allah, kamu tidak bisa jumlahkan dia tetapi manusia itu zalim, tidak berterima kasih." (QS Ibrahim: 34)
3. Bekerja atau berkhidmat dengan tujuan karena selain Allah.
Hal ini sangat tidak disukai Allah berdasarkan firman-Nya:
"Katakanlah: "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah karena Allah, Tuhan bagi sekalian mahluk." (QS. Al-An'am: 162)
Berdasarkan ayat tersebut terdapat penegasan bahwa tidak ada ibadah atau penghambaan yang disembah kecuali Allah SWT. Tidak ada peribadatan yang dipersembahkan kecuali hanya untuk Allah SWT dan karena-Nya.
Pengertian ibadah di sini tidak hanya terbatas pada masalah-masalah shalat, zakat, puasa, dan haji, tetapi mencakup semua pekerjaan yang dilakukan di atas syariat yang ditujukan dan diperuntukkan karena Allah SWT juga termasuk ibadah.
4. Membuat undang-undang menurut kemauan manusia, bukan menurut kehendak dan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah.
Perbuatan ini termasuk melawan Allah SWT karena Allahlah yang mempunyai hak menetukan undang-undang bagi kehidupan manusia, halal dan haram, peraturan hidup, kehakiman, dan segala perintah serta larangan. Hal ini diperkuat dalam firman Allah Surat Al-A'raf ayat 54"
"Bukankah pembikinan dan kekuasaan itu kepunyaan-Nya ? Maha Tinggi Allah, Pengurus Sekalian Mahluk." (QS. Al-A'raf: 54)
"Bukankah pembikinan dan kekuasaan itu kepunyaan-Nya ? Maha Tinggi Allah, Pengurus Sekalian Mahluk." (QS. Al-A'raf: 54)
5. Memfokuskan segala ketaatan kepada selain Allah SWT dengan cara yang tidak dikehendaki-Nya.
Salah satu makna Laa Ilahaillallah adalah bahwa tidak ada yang dipatuji selain Allah. Maka taat yang dibenarkan dan dikehendaki oleh Allah SWT adalah ketaatan kepada Rasul-Nya karena apabila ia menaati Rasul berarti menaati Allah SWT. Firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan kepada orang-orang yang berkuasa dari antara kamu. Maka sekiranya kamu berbantahan di satu perkara, hendaklah kamu kembalikan kepada Allah dan Rasul jika kamu beriman kepada Allah dan Hari kemudian. Yang demikian itu sebaik-baik dan sebagus-bagus takwil." (QS. An-Nisa: 59)
6. Menjalankan hukum selain dari hukum Allah atau tidak menggunakan hukum Allah sebagai rujukan dalam semua masalah.
Ini berdasarkan firman Allah SWT dalam Surah Al-maidah ayat 44:
"Karena barangsiapa tidak menghukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah, maka (adalah) mereka itu orang-orang yang kafir." (QS. Al-Maidah: 44)
7. Merasa benci atau menantang salah satu kandungan ajaran Islam, atau membenci seluruh ajaran Islam.
Termasuk dalam kategori ini ialah membenci atau tidak setuju terhadap salah satu hukum Islam, ibadah, sistem ekonomi, muamalat, politik, atau perundang-undangan Islam. Apa saja bentuk kebencian terhadap Al-Qur'an dan hadits baik berupa perkataan, perbuatan, pengakuan, atau sifat-sifatnya, maka ia dinyatakan keluar dari Islam dan Syahadatnya menjadi batal. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT:
"Dan orang-orang yang tidak percaya, maka kecelakaanlah bagi mereka, dan Dia tidak anggap amal-amal mereka. Yang demikian karena mereka benci kepada apa-apa yang diturunkan oleh Allah; lantaran itu, Allah gugurkan amal-amal mereka." (QS. Muhammad: 8-9)
8. Mencintai kehidupan dunia melebihi kecintaannya terhadap akhirat (gila dunia), dan ia telah menjadikan dunia ini sebagai tujuan utamanya, serta merupakan segala-galanya dalam hidup.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam Surat Ibrahim ayat 2 dan 3:
"Allah itu ialah (Tuhan) Yang kepunyaan-Nyalah apa-apa yang ada di langit dan di bumi; dan kecelakaan dari azab yang pedih, adalah bagi orang-orang kafir. (Yaitu) orang yang lebih menyukai kehidupan akhirat dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh." (QS. Ibrahim: 2-3).
Selain itu Allah SWT juga menerangkan balasan bagi orang-orang yang lebih mementingkan dunia dan melupakan Allah, Rasul, dan jihad fi sabilillah.
"Katakanlah: "Jika bapak-bapak kamu dan anak kamu dan saudara-saudara kamu dan istri-istri kamu dan keluarga kamu dan harta benda yang kamu dapati dan perdagangan yang kamu takuti mundurnya dan tempat-tempat tinggal yang kamu sukai itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan bersungguh-sungguh di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah datangkan urusan-Nya, karena Allah tidak akan pimpin kaum yang melewati batas." (QS. At-Taubah: 24)
9. Menghina salah satu isi Al-Qur'an atau as-Sunnah, atau orang-orang alim yang menegakkannya, atau memperolok-olokkan hukum-hukum Allah atau syiar-syiar Islam.
Termasuk dalam kategori yang membatalkan syahadatain ialah menghina atau mengejek hukum-hukum Al-Qur'an misalnya dengan mengatakan bahwa hukum-hukum tersebut sudah kuno. Juga menghina orang-orang yang menegakkan sholat, atau merendahkan pelajaran agama dan para pelajarnya.
10. Menghalalkan apa yang diharamkan Allah atau sebaliknya.
Perbuatan ini merupakan suatu kebohongan yang paling besar seperti yang firmankan oleh Allah SWT:
"Dan janganlah kamu ucapkan dusta yang disifatkan oleh lidah-lidah kamu: "Ini halal dan itu haram," untuk kamu ada-adakan dusta atas nama Allah; sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan dusta atas nama Allah tidak akan bahagia. (Yaitu) perhiasan yang sedikit, tetapi bagi mereka ada azab yang pedih." (QS. An-Nahl: 116-117)
11. Tidak beriman dengan seluruh sumber-sumber hukum dari Al-Qur'an dan Sunnah.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 85:
"Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain ? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat."
(QS. Al-Baqarah: 85)
12. Mengangkat orang-orang kafir dan munafiqin sebagai pemimpin serta tidak mencintai orang-orang yang beraqidah Islam dan orang-orang mukmin.
Larangan ini didasarkan pada firman Allah SWT pada Surat Al-Maidah ayat 57:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) diantara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman." (QS. Al-Maidah: 57)
13. Tidak beradab dalam bergaul dengan Rasulullah saw.
Termasuk kategori ini adalah orang-orang yang mengejek -baik melalui perkataan atau tulisan- kehidupan Nabi saw seperti ejekan tentang banyaknya istri yang Rasul miliki. Selain itu juga orang-orang yang mengatakan bahwa Rasulullah saw adalah seorang lelaki biasa yang tidak memiliki sifat-sifat kenabian. Mereka mengakui risalah yang dibawanya semata-mata berdasarkan tinjauan logika dan pemikiran ilmiah. Hal ini diterangkan oleh Allah dalam Surat Al-Hujurat ayat 2:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan jangnlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari." (QS. Al-Hujurat: 2)
14. Rasa takut dan lemah hati dalam menegakkan Tauhid dan merasa senang dan terbuka dalam menegakkan syirik.
Hal ini ditegaskan Allah dalam Al-Qur'an Surat Az-Zumar ayat 45:
"Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati." (QS. Qz-Zumar: 45)
15. Menyatakan bahwa dalam Al-Qur'an terdapat pertentangan antara ayat yang zahir dengan isi yang terkandung di dalamnya.
Bahasa Arab dapat difahami melalui mufradat (kosa kata), qawaid, dan uslub-uslubnya. Begitu juga Al-Qur'an, maka orang yang tidak memahami hal ini bila memahami Al-Qur'an akan mudah tergelincir ke jalan kesesatan. Jika ia tergelincir dari nash-nash, ia pun akan tergelincir dari syariat yang kemudian menimbulkan perpecahan di kalangan umat.
16. Tidak mengenal Allah dengan pengenalan yang benar dan jelas serta mengingkari sifat-sifat ketuhanan-Nya atau mengingkari nama-nama-Nya.
Seseorang tidak akan mengenal Allah kalau ia menganggap Allah memiliki kekurangan dan tidak mengetahui nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya.
Apalagi jika ia menyamakan Allah dengan mahluk dan sebaliknya. Allah berfirman:
"Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf: 180)
17. Tidak mengetahui atau mengenal Rasulullah secara benar, atau menafikan adanya sifat-sifat terpuji yang diberikan oleh Allah atau menghina sifat-sifat yang terpuji tersebut atau tidak meyakini bahwa Rasulullah saw., adalah suri tauladan yang baik bagi seluruh umat.
Padahal Allah SWT telah menegaskan bahwa Rasulullah saw., adalah contoh yang baik bagi umat Islam. Firman Allah SWT:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
(QS. Al-Ahzab: 21)
18. Mengkafirkan orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat serta tidak mengkafirkan orang yang telah inkar terhadap syahadatain dan tidak menghalalkan perang dengannya.
19. Mengerjakan suatu ibadat bukan karena Allah, seperti menyembelih hewan bukan karena Allah, sujud dan tawaf pada selain Ka'bah atau Baitullah dengan niat mendekati Allah.
Hal ini banyak ditemui pada masyarakat kita yaitu penyembelihan hewan untuk sesajen pada penunggu pohon. Mengenai hal ini Allah berfirman pada Surat Al-An'am ayat 162:
"Katakanlah: "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, matiku adalah karena Allah, Rabb sekalian mahluk." (QS. Al-An'am: 162)
20. Terlibat Riya (kegiatan hidupnya ingin pujian manusia).
Pada umumnya riya disebut sebagai syirik kecil seperti mengerjakan sholat atau bersedekah karena ingin dipuji orang lain. Syirik semacam ini jika datang hanya dalam bentuk perasaan yang terlintas (bukan merupakan tujuan yang sebenarnya) tidak membatalkan Syahadatain dan dapat diobati dengan doa.
Demikianlah beberapa hal yang dapat meruntuhkan Syahadatain. Ada baiknya jika kita mengetahuinya agar dapat berhati-hati dari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak keimanan kita. Juga kita harus banyak berdoa kepada Allah semoga Allah menyelamatkan keimanan kita dan tidak menjaga kita agar senantiasa berada di jalan-Nya. Amin
Salah satu makna Laa Ilahaillallah adalah bahwa tidak ada yang dipatuji selain Allah. Maka taat yang dibenarkan dan dikehendaki oleh Allah SWT adalah ketaatan kepada Rasul-Nya karena apabila ia menaati Rasul berarti menaati Allah SWT. Firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan kepada orang-orang yang berkuasa dari antara kamu. Maka sekiranya kamu berbantahan di satu perkara, hendaklah kamu kembalikan kepada Allah dan Rasul jika kamu beriman kepada Allah dan Hari kemudian. Yang demikian itu sebaik-baik dan sebagus-bagus takwil." (QS. An-Nisa: 59)
6. Menjalankan hukum selain dari hukum Allah atau tidak menggunakan hukum Allah sebagai rujukan dalam semua masalah.
Ini berdasarkan firman Allah SWT dalam Surah Al-maidah ayat 44:
"Karena barangsiapa tidak menghukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah, maka (adalah) mereka itu orang-orang yang kafir." (QS. Al-Maidah: 44)
7. Merasa benci atau menantang salah satu kandungan ajaran Islam, atau membenci seluruh ajaran Islam.
Termasuk dalam kategori ini ialah membenci atau tidak setuju terhadap salah satu hukum Islam, ibadah, sistem ekonomi, muamalat, politik, atau perundang-undangan Islam. Apa saja bentuk kebencian terhadap Al-Qur'an dan hadits baik berupa perkataan, perbuatan, pengakuan, atau sifat-sifatnya, maka ia dinyatakan keluar dari Islam dan Syahadatnya menjadi batal. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT:
"Dan orang-orang yang tidak percaya, maka kecelakaanlah bagi mereka, dan Dia tidak anggap amal-amal mereka. Yang demikian karena mereka benci kepada apa-apa yang diturunkan oleh Allah; lantaran itu, Allah gugurkan amal-amal mereka." (QS. Muhammad: 8-9)
8. Mencintai kehidupan dunia melebihi kecintaannya terhadap akhirat (gila dunia), dan ia telah menjadikan dunia ini sebagai tujuan utamanya, serta merupakan segala-galanya dalam hidup.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam Surat Ibrahim ayat 2 dan 3:
"Allah itu ialah (Tuhan) Yang kepunyaan-Nyalah apa-apa yang ada di langit dan di bumi; dan kecelakaan dari azab yang pedih, adalah bagi orang-orang kafir. (Yaitu) orang yang lebih menyukai kehidupan akhirat dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh." (QS. Ibrahim: 2-3).
Selain itu Allah SWT juga menerangkan balasan bagi orang-orang yang lebih mementingkan dunia dan melupakan Allah, Rasul, dan jihad fi sabilillah.
"Katakanlah: "Jika bapak-bapak kamu dan anak kamu dan saudara-saudara kamu dan istri-istri kamu dan keluarga kamu dan harta benda yang kamu dapati dan perdagangan yang kamu takuti mundurnya dan tempat-tempat tinggal yang kamu sukai itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan bersungguh-sungguh di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah datangkan urusan-Nya, karena Allah tidak akan pimpin kaum yang melewati batas." (QS. At-Taubah: 24)
9. Menghina salah satu isi Al-Qur'an atau as-Sunnah, atau orang-orang alim yang menegakkannya, atau memperolok-olokkan hukum-hukum Allah atau syiar-syiar Islam.
Termasuk dalam kategori yang membatalkan syahadatain ialah menghina atau mengejek hukum-hukum Al-Qur'an misalnya dengan mengatakan bahwa hukum-hukum tersebut sudah kuno. Juga menghina orang-orang yang menegakkan sholat, atau merendahkan pelajaran agama dan para pelajarnya.
10. Menghalalkan apa yang diharamkan Allah atau sebaliknya.
Perbuatan ini merupakan suatu kebohongan yang paling besar seperti yang firmankan oleh Allah SWT:
"Dan janganlah kamu ucapkan dusta yang disifatkan oleh lidah-lidah kamu: "Ini halal dan itu haram," untuk kamu ada-adakan dusta atas nama Allah; sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan dusta atas nama Allah tidak akan bahagia. (Yaitu) perhiasan yang sedikit, tetapi bagi mereka ada azab yang pedih." (QS. An-Nahl: 116-117)
11. Tidak beriman dengan seluruh sumber-sumber hukum dari Al-Qur'an dan Sunnah.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 85:
"Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain ? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat."
(QS. Al-Baqarah: 85)
12. Mengangkat orang-orang kafir dan munafiqin sebagai pemimpin serta tidak mencintai orang-orang yang beraqidah Islam dan orang-orang mukmin.
Larangan ini didasarkan pada firman Allah SWT pada Surat Al-Maidah ayat 57:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) diantara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman." (QS. Al-Maidah: 57)
13. Tidak beradab dalam bergaul dengan Rasulullah saw.
Termasuk kategori ini adalah orang-orang yang mengejek -baik melalui perkataan atau tulisan- kehidupan Nabi saw seperti ejekan tentang banyaknya istri yang Rasul miliki. Selain itu juga orang-orang yang mengatakan bahwa Rasulullah saw adalah seorang lelaki biasa yang tidak memiliki sifat-sifat kenabian. Mereka mengakui risalah yang dibawanya semata-mata berdasarkan tinjauan logika dan pemikiran ilmiah. Hal ini diterangkan oleh Allah dalam Surat Al-Hujurat ayat 2:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan jangnlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari." (QS. Al-Hujurat: 2)
14. Rasa takut dan lemah hati dalam menegakkan Tauhid dan merasa senang dan terbuka dalam menegakkan syirik.
Hal ini ditegaskan Allah dalam Al-Qur'an Surat Az-Zumar ayat 45:
"Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati." (QS. Qz-Zumar: 45)
15. Menyatakan bahwa dalam Al-Qur'an terdapat pertentangan antara ayat yang zahir dengan isi yang terkandung di dalamnya.
Bahasa Arab dapat difahami melalui mufradat (kosa kata), qawaid, dan uslub-uslubnya. Begitu juga Al-Qur'an, maka orang yang tidak memahami hal ini bila memahami Al-Qur'an akan mudah tergelincir ke jalan kesesatan. Jika ia tergelincir dari nash-nash, ia pun akan tergelincir dari syariat yang kemudian menimbulkan perpecahan di kalangan umat.
16. Tidak mengenal Allah dengan pengenalan yang benar dan jelas serta mengingkari sifat-sifat ketuhanan-Nya atau mengingkari nama-nama-Nya.
Seseorang tidak akan mengenal Allah kalau ia menganggap Allah memiliki kekurangan dan tidak mengetahui nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya.
Apalagi jika ia menyamakan Allah dengan mahluk dan sebaliknya. Allah berfirman:
"Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf: 180)
17. Tidak mengetahui atau mengenal Rasulullah secara benar, atau menafikan adanya sifat-sifat terpuji yang diberikan oleh Allah atau menghina sifat-sifat yang terpuji tersebut atau tidak meyakini bahwa Rasulullah saw., adalah suri tauladan yang baik bagi seluruh umat.
Padahal Allah SWT telah menegaskan bahwa Rasulullah saw., adalah contoh yang baik bagi umat Islam. Firman Allah SWT:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
(QS. Al-Ahzab: 21)
18. Mengkafirkan orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat serta tidak mengkafirkan orang yang telah inkar terhadap syahadatain dan tidak menghalalkan perang dengannya.
19. Mengerjakan suatu ibadat bukan karena Allah, seperti menyembelih hewan bukan karena Allah, sujud dan tawaf pada selain Ka'bah atau Baitullah dengan niat mendekati Allah.
Hal ini banyak ditemui pada masyarakat kita yaitu penyembelihan hewan untuk sesajen pada penunggu pohon. Mengenai hal ini Allah berfirman pada Surat Al-An'am ayat 162:
"Katakanlah: "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, matiku adalah karena Allah, Rabb sekalian mahluk." (QS. Al-An'am: 162)
20. Terlibat Riya (kegiatan hidupnya ingin pujian manusia).
Pada umumnya riya disebut sebagai syirik kecil seperti mengerjakan sholat atau bersedekah karena ingin dipuji orang lain. Syirik semacam ini jika datang hanya dalam bentuk perasaan yang terlintas (bukan merupakan tujuan yang sebenarnya) tidak membatalkan Syahadatain dan dapat diobati dengan doa.
Demikianlah beberapa hal yang dapat meruntuhkan Syahadatain. Ada baiknya jika kita mengetahuinya agar dapat berhati-hati dari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak keimanan kita. Juga kita harus banyak berdoa kepada Allah semoga Allah menyelamatkan keimanan kita dan tidak menjaga kita agar senantiasa berada di jalan-Nya. Amin